Jumat, 07 Agustus 2015

Cerpen Bintang Terakhirku



Bintang Terakhirku


Namaku Nayla Alvina, biasa dipanggil Nayla, usiaku 15 tahun. Aku bersekolah di salah satu SMP ternama di Kota Surabaya yaitu SMP Negeri 14 Surabaya. Aku duduk di bangku kelas tiga SMP. Aku mempunyai dua orang sahabat yang bernama Maya dan Sita. Mereka adalah sahabatku sejak kelas satu SMP. Tak terasa aku sudah kelas tiga dan beberapa bulan lagi akan melaksanakan ujian nasional, hari-hariku dipenuh rasa takut, terbayang-bayang akan ujian nasional. Aku adalah sosok orng yang pemalas, apalagi dalam hal belajar. Aku tidak pernah belajar kalau tidak ada tugas atu ulangan. Tapi. masa-masa ini kuhabiskan sebagian waktuku untuk belajar. Aku sadar kalau selama ini aku tidak bisa menggunakan waktu dengan baik. Hal yang ku inginkan saat ini adalah masuk SMA Negeri 16 Surabaya, termasuk salah satu SMA favorit di Kota Surabaya.

Hari demi hari telah terlewati. Hari ini adalah hari ke-lima menjelang ujian nasional, jatungku mulai berdetak kencang. Rasa takutku pun semakin besar. Kumanfaatkan waktu untuk menenangkan pikiranku, tetapi tak lupa belajar dan berdoa. Kini saatnya tiba, pertempuran telah dimulai. Hari pertama ujian nasional rasanya menegangkan , jantung berdebar-debar. Aku mulai mengerjakan soal-soal dengan tenang, cermat dan teliti. Hari kedua dan selanjutnya pun sama, aku mengerjakan dengan teliti. Ujian nasional telah selesai, tinggal menunggu hasilnya. Setelah selesai berjuang, hasil akhirnya kuserahkan pada Allah. Bagaimana pun hasilnya aku akan menerima dengan ikhlas. Libur panjang telah di depan mata, sudah kutebak kalau liburan kali ini pasti membosankan. Tapi aku tidak khawatir karena aku punya sahabat yang sangat menyenangkan , yang selalu ada dalam hari-hariku. Tak kusangka kalau liburan kali ini adalah liburan yang sangat indah, ternyata dugaanku selama ini salah. Aku, Maya, dan Sita pergi ke berbagai tempat wisata yang ada di Kota Surabaya untuk menenangkan pikiran. Menghabiskan waktu liburan bersama mereka adalah hal yang sangat menyenangkan. Setelah dua bulan lebih menikmati liburan, ini saatnya melihat hasilnya. Pengumuman hasil ujian nasional telah diumumkan. Aku telah mengetahui hasil nilai ujian nasionalku . Ternyata hasil belajarku tidak sia-sia, doa-doaku telah dikabulkan Allah. Dengan mengetahui hasilku ini aku merasa cukup puas meskipun hasilnya tidak maksimal. Seminggu setelah pengumuman,  pendaftaran peserta didik baru telah dibuka. Aku langsung mendaftar di SMA Negeri 16 Surabaya. Aku yakin kalau aku bisa masuk sekolah terebut. Sahabatku Sita dan Maya juga mendaftar di sekolah tersebut. Setelah tiga hari aku menunggu, akhirnya pengumuman penerimaan siswa didik baru telah diumumkan. Ternyata aku dan Maya diterima di sekolah tersebut. Aku sangat bahagia. Sayangnya Sita tidak diterima di sekolah tersebut karena nilainya tidak memenuhi syarat.

  Mayaaaaa….. aku sangat senang ! yang aku inginkan akhirnya bisa tercapai.” Teriakku dengan bahagia.

“ Iya, aku juga senang , tak kusangka kita bias satu sekolah lagi Nin.” Jawab Maya.

Aku menunggu hari pertama masuk sekolah yang baru ini. hari demi hari aku telah menunggu dan besok adalah hari pertama aku masuk sekolah, aku sudah tidak sabar , sampai aku tidak bisa tidur , tapi akhirnya aku tertidur juga. Cahaya mentari menembus celah-celah jendela kamarku. Burung-burung berkicau telah membangunkan tidurku. Aku segera beranjak untuk ke kamar mandi dan mempersiapkan hari pertamaku masuk SMA. Hari ini dan dua hari kedepan adalah Masa Orientasi Peserta Didik Baru ( MOPDB ). Selama MOPDB aku akan tampil berbeda, dengan 16 ikatan tali rafia di rambut dan berkaos kaki berbeda warna yaitu hitam dan putih layaknya orang gila. Seperti biasa, aku berangkat bersama Maya sahabatku sekaligus tetanggaku. Jarak rumahku ke sekolah cukup dekat, jadi aku dan Maya berangkat dengan berjalan kaki ditemani mentari hangat penuh kelembutan yang meresap dalam tubuh kami. Setelah sampai di sekolah, aku dan Maya langsung menuju ke lapangan sekolah untuk melaksanakan upacara pembukaan MOPDB. Tak kusangka lagi, aku sekelas sama Maya, tepatnya di kelas X-3. Di hari pertama ini aku belum mengenal teman sekelasku kecuali Maya. Rasanya masih malu-malu untuk berkenalan, maklumlah baru pertama masuk. Kakak-kakak pendamping masing-masing kelas memperkenalkan lingkungan sekolah kepada adik kelas. Setelah semua kegiatan di sekolah selesai, aku pun segera pulang. Terik mentari menemani perjalananku pulang.

“ Assalamu’alaikum… Ibu aku pulang.” salamku.

“ Wa’alaikumsalam… Bagaimana hari pertamamu masuk SMA nak ?” Tanya ibuku.

“ Em… tidak ada yang berkesan bu, aku belum mengenal teman sekelasku.” Jawabku sambil melipat muka.

“ Baru hari pertama nak, besok cobalah untuk saling berkenalan dengan teman-temanmu. “ kata ibu sambil mengelus rambutku.

“ Aku masih malu-malu bu.” Sahutku.

“ Ibu maklumi nak. Segera ganti baju dan makan siang !” jawab ibu.

“ Baiklah bu.” Jawabku.

Aku segera ganti baju dan makan siang . Setelah itu aku mempersiapkan apa saja yang dibawa untuk hari kedua MOPDB.

    Hari ini adalah hari kedua MOPDB. Seperti yang dikatakan oleh ibuku kemarin, hariini aku harus berkenalan dengan teman sekelasku. Aku pun saling berkenalan satu sama lain. Sekarang aku tidak hanya mengenal Maya, tetapihampir satu kelas aku mengenali. Aku sangat senang karena memiliki teman baru. Ketika bel jam istirahat berbunyi aku dan teman-teman lainnya bertukar cerita , saling menceritakan tentang asal sekolah masing-masing dan masih banyak cerita-cerita lainnya. Setelah semua kegiatan di hari ini selesai, aku segera pulang dan beristirahat. Siang pun berganti malam dan malam berganti pagi. Ini adalah hari terakhir MOPDB, semua siswa disuruh memasuki kelasnya masing-masing, tiba-tiba datang kakak-kakak OSIS yang marah-marah . Aku sangat  deg-degan, aku paling takut kalau ada orang yang marah-marah. Ternyata ini hanyalah tes mental saja. Acara terakhir adalah acara penutupan MOPDB. Sebelum pulang ada guru yang memasuki kelasku, ternyata beliau adalah wali kelas X-3, beliau membagikan lembaran ke setiap murid. Setelah kubaca, tertulis di kertas bagian tengah atas “Jadwal Pelajaran Kelas X”. Wah baru hari ketiga masuk sekolah sudah diberi jadwal mata pelajaran. Dalam batiku berkata “ Wah sekolah ini bener bener sudah gila, baru hari ketiga saja sudah dikasih jadwal pelajaran.” .Di hari selanjutnya sudah dimulai kegiatan belajar mengajar, tetapi masih belum efektif.

Sekolah akan mengadakan acara perkemahan pada hari Sabtu dan Minggu yang hanya diikuti siswa kelas X. Kegiatan tersebut sudah ada sejak tahun sebelum-sebelumnya yang merupakan acara tahunan. Aku sudah tidak sabar menunggu acara tersebut . Aku sangat suka dengan hal-hal yang membuat kita menyatu dengan alam. Seminggu kemudian, tepatnya pada hari Sabtu, aku berangkat ke sekolah untuk mengikuti kegiatan perkemahan. Pertama, aku dan kelompokku mendirikan tenda.  Berbagai kegiatan telah dilakukan . Malam harinya upacara api unggun, semua siswa membentuk lingkaran dan mengelilingi api unggun. Setelah semua kegiatan di hari ini selesai, aku dan teman-teman lainnya kembali ke tenda dan beristirahat. Saat tengah malam, terdengar suara keras dari luar tenda.

“ Bruooook…..bruooook…bruooook… ! Bangun bangun bangun….!! Segera menuju aula dan buat barisan !” teriak kakak panitia dengan lantang.

Aku pun segera bangun dan  keluar dari tenda menuju ke aula. Semua siswa telah berkumpul di aula, kemudian kakak panitia memerintahkan siswa untuk memejamkan mata. Perasaanku tidak enak, pasti ada sesuatu yang tidak aku inginkan akan terjadi. Setelah ku pejamkan mataku. Kakak panitia menceritakan hal-hal yang berbau mistis tentang keadaan di sekolah ini. Badanku mulai panas dingin dan jantungku berdebar-debar. Tiba-tiba ada yang menggandeng tanganku. Aku pun membuka mata.

“ Dek, berjalanlah mengelilingi sekolah ini sesuai panah yang peta yang ada pada kertas ini.” kata ketua panitia sambil memberikan selembar kertas kepadaku.

 Kemudian berjalan mengeliling sekolah ini, hanya rasa takut yang kurasakan saat ini, tetapi aku berusaha untuk melawan rasa takut ini. Seketika aku terdiam menghentikan langkahku, kulihat wanita berambut panjang menggunakan jubah putih berdiri di bawah pohon beringin, aku langsung menjerit dan menangis. Badanku terasa kaku dan tidak bisa digerakkan, terus kucoba untuk berlari tetapi tidak bisa. Akhirnya aku diam sejenak dan mebaca basmallah, kemudian langsung berlari dengan kencang tanpa melihat jalan karena mataku kupejamkan,karena aku tidak berani membuka mata. “Duuk..” suara benturanku dengan sesorang yang ada di depanku.

“ Ups… maaf aku gak lihat kalo di depan ada orang.” Kata maafku kepada anak cowok tersebut sambil menutupi muka dengan tangan.

“ Aduuuuh… gimana bisa lihat kalo kamu larinya merem.” Jawab cowok tersebut.

“ Sekali lagi aku minta maaf ya, soalnya aku takut, tadi ketemu setan” ucapan maafku kembali.

“ Iya tidak apa-apa. Oh ya , namamu siapa ? Kenalin namaku Dika.” Tanya cowok itu.

“ Makasih ya, namaku Nayla. Kamu kelas X berapa ?” tanyaku.

“ Aku kelas X-7 , kamu X-3 kan ? “ sahut Dika.

“ Iya “ jawabku dengan tersenyum.

Aku dan Dika melanjutkan perjalanan mengelilingi sekolah. Sekarang aku tidak takut lagi karena ada Dika. Setelah kembali ke aula , aku pun kembali ke barisanku. Uji nyali ini membuatku sangat takut dan juga senang. Adzan subuh mulai berkumandang , aku segera melakukan aktivitas lainnya. Di Minggu pagi ini diawali dengan jogging bersama. Saat dijalan Dika menghampiri aku , kita mengobrol dan saling bertanya-tanya satu sama lain. Dika itu orangnya baik hati, ramah, asik, humoris, konyol. Entah kenapa saat dia didekatku aku merasa sangat nyaman, dalam batinku berkata, “ Apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama ?” Baru beberapa jam mengenal Dika, rasanya aku sudah mengenal dia sejak dulu. Pada malam harinya,cuaca sangat mendukung, bulan dan bintang menampakkan diri. Pada malam pentas seni dan malam penutupan acara ini, Aku , Maya , dan teman yang lainnya duduk berkelompok sambil melihat penampilan pentas seni. Lagi-lagi Dika datang menghampiriku, aku bingung kenapa anak ini selalu mendekatiku. Apakah dia juga merasakan apa yang aku rasakan. Dia duduk di sampingku. Dengan tingkahnya yang konyol , semakin aku merasa nyaman berada di dekatnya.

“ Nay, coba deh lihat bintang di langit itu !” kata Dika sambil memandang langit.

“ Ada apa dengan bintang itu Dik ?” tanyaku kepadanya dengan wajah penasaran.

“ Seandainya kamu bisa jadi bintang buatku, yang membuat hidupku menjadi indah.“ rayuannya dengan wajah yang serius.

“ Aaaaaaa…. Kamu ini sukanya bercanda aja.” Tanggapanku dengan santai.

Dika hanya tersenyum mendengar tanggapanku. Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB, acara pun telah selesai. Aku segera pulang dan beristirahat. Sesampainya dirumah di dalam otakku terus terbayang-bayang wajah Dika. Aku berdiri di depan jendela kamarku, kulihat bintang yang ada dilangit dan kuingat kalimat indah dari Dika yang diucapkan tadi. Karena aku terlalu percaya diri , kupikir Dika menyukai aku. Aku tidak mau memikirka itu terlalu dalam, lebih baik aku tidur saja.

Setiap hari aku bertemu Dika disekolah, Dika pun juga sering main ke kelasku. Sepertinya benih-benih cinta antara aku dan Dikamulai tumbuh. Tapi aku dan Dika tidak ada yang mengungkapkan perasaan ini. Maya sahabatku sangat mendukung jika aku berpacaran dengan Dika.

“ Nay , aku setuju banget kalau kamu sama Dika pacaran.” Kata Maya kepadaku.

“ Tapi May , sampai sekarang Dika gak ngungkapin perasaannya ke aku.” jawabku dengan raut wajah sedih

“ Kasih kode keras Nay, biar dia peka.” Saran Maya kepadaku.
Tiba-tiba Dika menepuk punggungku.
“ Hay Nay…! Nanti malam jalan bareng yuk !” ajakan Dika kepadaku.

“ Ha ? Jalan bareng ? Ya udah deh nanti aku tunggu di rumah.” Jawabku dengan terkejut.

“ Oke, ku jemput jam tujuh ya. “

Aku sangat terkejut ketika mendengar ajakannya. Malamnya Dika menjemputku dan kita jalan-jalan di Taman Kota Surabaya. Setelah mengelilingi taman kota, dia pun membelikanku es krim. Kita duduk di kursi taman sambilmakan es krim bersama.

“ Nay… “ panggilnya sambil memegang tanganku.

“ Iya…” jawabku dengan tangan gemeteran.

“ Maukah kamu menjadi bintang di hidupku seperti bintang-bintang yang ada di langit sekarang ?” pintanya kepadaku.

“ Kamu bercanda kan ?” jawabku.

“ Aku nggak bercanda Nay, aku serius. Apakah kamu mau ?” tanyanya dengan serius.

“ Iya, aku mau menjadi bintang di hidupmu dan aku minta kamu menjadi bintang juga di hidupku.” Jawabku sambil menatap matanya.

Dika langsung mencium tanganku, dari raut wajahnya tampak sangat bahagia. Malam ini adalah malam yang tak akan pernah kulupakan, malam yang sangat indah.

Keesokan harinya aku menceritakan kejadian semalam kepada sahabatku Maya. Maya juga senang mendengarkan berita ini. dia sangat mendukung hubunganku dengan Dika. Setiap hari aku, Dika, Maya selalu main bersama. Maya adalah sahabatku dan Dika, setiap kali aku ada masalah dengan Dika, pasti aku mencurahkan isi hatiku ke Maya, Dika pun juga begitu. Akhir-akhir ini aku dan Dika sering bertengkar, Dika sering curhat ke Maya, dia selalu ke rumah Maya untuk mencrahkan isi hatinya. Aku pun mulai curiga, karena aku melihat sendiri Dika sering datang ke rumah Maya. Maya juga sering membela-bela Dika. Sejak saat itu aku tidak pernah lagi curhat ke Maya. Aku curiga kalau Maya menyukai Dika. Suatu hari Maya mendatangiku.

“ Nay, aku mau bilang sesuatu ke kamu. Tapi kamu harus janji nggak akan marah sama aku !” kata Maya.

“ Iya aku janji nggak akan marah.” Jawabku.

“ Sebenernya aku suka sama Dika, tapi hanya sekedar menyukai, aku tidak ada maksud untuk menhanghancurkan hubunganmu dengan Dika, atau merebut Dika dari kamu, aku hanya ngungkapin perasaanku aja, aku capek nutup-nutupin perasaanku ini dari kamu, tapi jangan sampai Dika tahu soal ini. Cukup kita aja yang tahu. Maaf Nay.”  Ungkapan Maya.

Air mataku menetes dan langsung lari meninggalkan Maya.

“Naylaaaaaa…….” Teriak Maya.

Ternyata dugaanku selama ini benar. Aku bingung harus bagaimana. Sahabatku sendiri menyukai pacarku. Maya menemuiku dan meminta maaf. Maya memintaku untuk bertahan dengan Dika, tapi aki kasihan dengan Maya, aku tahu perasaan Maya. Akhirnya aku pun menuruti permintaan Maya dan melupakan apa yang telah Maya ucapkan kepadaku.

Sudah enam bulan hubunganku bersama Dika. Hari ini adalah hari ulang tahun ku ke-16tahun. Hari ini sangat special, Dika memberikanku hadiah istimewa yaitu kotak musik berwarna perak yang berbentuk bintang. Aku sangat senang dengan kado ini. Semester satu telah selesai dan akan menginjak ke semester dua. Pada semester dua Dika akan pindah ke Jakarta. Sebenarnya Dika tidak mau dipindahkan, tapi mau tidak mau dia harus pindah karena ayahnya ditugaskan untuk bekerja disana. Berita ini sangat menyedihkan buatku. Rasanya aku akan kehilangan Dika, aku tidak bisa jauh-jauh darinya. Saat dia berangkat ke Jakarta, aku tak kuasa membendung air mataku ini, ku luapkan air mataku di bandara Juanda ini. Selama Dika di Jakarta , aku dan Dika masih saling menghubungi. Kalau aku merindukannya, selalu kubuka kotak music bintang yang pemberian Dika. Itu adalah obat rinduku ke Dika.

Enam bulan telah berlalu, hari ini adalah satu hari sebelum ulang tahunku ke-17 tahun. Dika berencana untuk main ke Surabaya. Dia sudah memesan tiket pesawat menuju Surabaya. Setelah enam bulan tidak bertemu, aku sangat merindukannya. Aku sudah tidak sabar menunggu kedatangan Dika. Dika memberitahuku kalau dia sudah berangkat. Ku dengar kabar kalau pesawat yang ditumpangi Dika mengalami kecelakaan saat melandas ke darat. Semua penumpang yang ada di pesawat itu tidak selamat. Aku sangat kaget dan tidak percaya mengetahui berita tersebut. Seketika aku panik, aku langsung menuju ke bandara untuk memastikan berita tersebut. sesampainya disana badanku lemas dan aku tidak berdaya lagi. Kulihat korban-korban tergeletak, aku langsung mencari Dika, aku yakin kalau Dika masih hidup. Tapi ternyata, aku melihat jasad Dika tergeletakkan bersama tas ransel disampingnya. Aku masih tidak mempercayai ini. Di hari ulang tahunku yang ke-17 ini aku sangat terpukul atas kejadian ini. Tak kusangka di hari ulang tahunku ke-16 adalah petemuan terakhirku dengan Dika.  Di dalam ransel milik Dika terdapat bingkisan kado, setelah kubuka, ternyata kado itu untukku. Di kartu ucapan dari Dika terdapat sebuah kalimat yang sangat menyentuh hatiku, ini kutipan dari kartu ucapan tersebut “ Meskipun aku berada sangat jauh darimu, tapi aku ingin aku tetap menjadi bintang di hidupmu.”  Ini adalah kado terakhir dari Dika dan Dika adalah bintang terakhir yang ada di hidupku.