Bintang Terakhirku
Namaku
Nayla Alvina, biasa dipanggil Nayla, usiaku 15 tahun. Aku bersekolah di salah
satu SMP ternama di Kota Surabaya yaitu SMP Negeri 14 Surabaya. Aku duduk di
bangku kelas tiga SMP. Aku mempunyai dua orang sahabat yang bernama Maya dan
Sita. Mereka adalah sahabatku sejak kelas satu SMP. Tak terasa aku sudah kelas
tiga dan beberapa bulan lagi akan melaksanakan ujian nasional, hari-hariku
dipenuh rasa takut, terbayang-bayang akan ujian nasional. Aku adalah sosok orng
yang pemalas, apalagi dalam hal belajar. Aku tidak pernah belajar kalau tidak
ada tugas atu ulangan. Tapi. masa-masa ini kuhabiskan sebagian waktuku untuk
belajar. Aku sadar kalau selama ini aku tidak bisa menggunakan waktu dengan
baik. Hal yang ku inginkan saat ini adalah masuk SMA Negeri 16 Surabaya,
termasuk salah satu SMA favorit di Kota Surabaya.
Hari
demi hari telah terlewati. Hari ini adalah hari ke-lima menjelang ujian
nasional, jatungku mulai berdetak kencang. Rasa takutku pun semakin besar.
Kumanfaatkan waktu untuk menenangkan pikiranku, tetapi tak lupa belajar dan
berdoa. Kini saatnya tiba, pertempuran telah dimulai. Hari pertama ujian
nasional rasanya menegangkan , jantung berdebar-debar. Aku mulai mengerjakan
soal-soal dengan tenang, cermat dan teliti. Hari kedua dan selanjutnya pun
sama, aku mengerjakan dengan teliti. Ujian nasional telah selesai, tinggal
menunggu hasilnya. Setelah selesai berjuang, hasil akhirnya kuserahkan pada
Allah. Bagaimana pun hasilnya aku akan menerima dengan ikhlas. Libur panjang
telah di depan mata, sudah kutebak kalau liburan kali ini pasti membosankan.
Tapi aku tidak khawatir karena aku punya sahabat yang sangat menyenangkan ,
yang selalu ada dalam hari-hariku. Tak kusangka kalau liburan kali ini adalah
liburan yang sangat indah, ternyata dugaanku selama ini salah. Aku, Maya, dan
Sita pergi ke berbagai tempat wisata yang ada di Kota Surabaya untuk
menenangkan pikiran. Menghabiskan waktu liburan bersama mereka adalah hal yang
sangat menyenangkan. Setelah dua bulan lebih menikmati liburan, ini saatnya melihat
hasilnya. Pengumuman hasil ujian nasional telah diumumkan. Aku telah mengetahui
hasil nilai ujian nasionalku . Ternyata hasil belajarku tidak sia-sia,
doa-doaku telah dikabulkan Allah. Dengan mengetahui hasilku ini aku merasa
cukup puas meskipun hasilnya tidak maksimal. Seminggu setelah pengumuman, pendaftaran peserta didik baru telah dibuka.
Aku langsung mendaftar di SMA Negeri 16 Surabaya. Aku yakin kalau aku bisa
masuk sekolah terebut. Sahabatku Sita dan Maya juga mendaftar di sekolah
tersebut. Setelah tiga hari aku menunggu, akhirnya pengumuman penerimaan siswa
didik baru telah diumumkan. Ternyata aku dan Maya diterima di sekolah tersebut.
Aku sangat bahagia. Sayangnya Sita tidak diterima di sekolah tersebut karena
nilainya tidak memenuhi syarat.
“ Mayaaaaa….. aku sangat senang ! yang aku
inginkan akhirnya bisa tercapai.” Teriakku dengan bahagia.
“ Iya,
aku juga senang , tak kusangka kita bias satu sekolah lagi Nin.” Jawab Maya.
Aku
menunggu hari pertama masuk sekolah yang baru ini. hari demi hari aku telah
menunggu dan besok adalah hari pertama aku masuk sekolah, aku sudah tidak sabar
, sampai aku tidak bisa tidur , tapi akhirnya aku tertidur juga. Cahaya mentari
menembus celah-celah jendela kamarku. Burung-burung berkicau telah membangunkan
tidurku. Aku segera beranjak untuk ke kamar mandi dan mempersiapkan hari
pertamaku masuk SMA. Hari ini dan dua hari kedepan adalah Masa Orientasi
Peserta Didik Baru ( MOPDB ). Selama MOPDB aku akan tampil berbeda, dengan 16
ikatan tali rafia di rambut dan berkaos kaki berbeda warna yaitu hitam dan
putih layaknya orang gila. Seperti biasa, aku berangkat bersama Maya sahabatku
sekaligus tetanggaku. Jarak rumahku ke sekolah cukup dekat, jadi aku dan Maya
berangkat dengan berjalan kaki ditemani mentari hangat penuh kelembutan yang
meresap dalam tubuh kami. Setelah sampai di sekolah, aku dan Maya langsung
menuju ke lapangan sekolah untuk melaksanakan upacara pembukaan MOPDB. Tak
kusangka lagi, aku sekelas sama Maya, tepatnya di kelas X-3. Di hari pertama
ini aku belum mengenal teman sekelasku kecuali Maya. Rasanya masih malu-malu
untuk berkenalan, maklumlah baru pertama masuk. Kakak-kakak pendamping
masing-masing kelas memperkenalkan lingkungan sekolah kepada adik kelas.
Setelah semua kegiatan di sekolah selesai, aku pun segera pulang. Terik mentari
menemani perjalananku pulang.
“
Assalamu’alaikum… Ibu aku pulang.” salamku.
“
Wa’alaikumsalam… Bagaimana hari pertamamu masuk SMA nak ?” Tanya ibuku.
“ Em…
tidak ada yang berkesan bu, aku belum mengenal teman sekelasku.” Jawabku sambil
melipat muka.
“ Baru
hari pertama nak, besok cobalah untuk saling berkenalan dengan teman-temanmu. “
kata ibu sambil mengelus rambutku.
“ Aku
masih malu-malu bu.” Sahutku.
“ Ibu
maklumi nak. Segera ganti baju dan makan siang !” jawab ibu.
“ Baiklah
bu.” Jawabku.
Aku
segera ganti baju dan makan siang . Setelah itu aku mempersiapkan apa saja yang
dibawa untuk hari kedua MOPDB.
Hari ini adalah hari kedua MOPDB. Seperti
yang dikatakan oleh ibuku kemarin, hariini aku harus berkenalan dengan teman
sekelasku. Aku pun saling berkenalan satu sama lain. Sekarang aku tidak hanya
mengenal Maya, tetapihampir satu kelas aku mengenali. Aku sangat senang karena
memiliki teman baru. Ketika bel jam istirahat berbunyi aku dan teman-teman lainnya
bertukar cerita , saling menceritakan tentang asal sekolah masing-masing dan
masih banyak cerita-cerita lainnya. Setelah semua kegiatan di hari ini selesai,
aku segera pulang dan beristirahat. Siang pun berganti malam dan malam berganti
pagi. Ini adalah hari terakhir MOPDB, semua siswa disuruh memasuki kelasnya
masing-masing, tiba-tiba datang kakak-kakak OSIS yang marah-marah . Aku
sangat deg-degan, aku paling takut kalau
ada orang yang marah-marah. Ternyata ini hanyalah tes mental saja. Acara terakhir
adalah acara penutupan MOPDB. Sebelum pulang ada guru yang memasuki kelasku,
ternyata beliau adalah wali kelas X-3, beliau membagikan lembaran ke setiap
murid. Setelah kubaca, tertulis di kertas bagian tengah atas “Jadwal Pelajaran
Kelas X”. Wah baru hari ketiga masuk sekolah sudah diberi jadwal mata
pelajaran. Dalam batiku berkata “ Wah sekolah ini bener bener sudah gila, baru
hari ketiga saja sudah dikasih jadwal pelajaran.” .Di hari selanjutnya sudah
dimulai kegiatan belajar mengajar, tetapi masih belum efektif.
Sekolah
akan mengadakan acara perkemahan pada hari Sabtu dan Minggu yang hanya diikuti
siswa kelas X. Kegiatan tersebut sudah ada sejak tahun sebelum-sebelumnya yang
merupakan acara tahunan. Aku sudah tidak sabar menunggu acara tersebut . Aku
sangat suka dengan hal-hal yang membuat kita menyatu dengan alam. Seminggu
kemudian, tepatnya pada hari Sabtu, aku berangkat ke sekolah untuk mengikuti
kegiatan perkemahan. Pertama, aku dan kelompokku mendirikan tenda. Berbagai kegiatan telah dilakukan . Malam
harinya upacara api unggun, semua siswa membentuk lingkaran dan mengelilingi
api unggun. Setelah semua kegiatan di hari ini selesai, aku dan teman-teman
lainnya kembali ke tenda dan beristirahat. Saat tengah malam, terdengar suara
keras dari luar tenda.
“
Bruooook…..bruooook…bruooook… ! Bangun bangun bangun….!! Segera menuju aula dan
buat barisan !” teriak kakak panitia dengan lantang.
Aku pun
segera bangun dan keluar dari tenda
menuju ke aula. Semua siswa telah berkumpul di aula, kemudian kakak panitia
memerintahkan siswa untuk memejamkan mata. Perasaanku tidak enak, pasti ada
sesuatu yang tidak aku inginkan akan terjadi. Setelah ku pejamkan mataku. Kakak
panitia menceritakan hal-hal yang berbau mistis tentang keadaan di sekolah ini.
Badanku mulai panas dingin dan jantungku berdebar-debar. Tiba-tiba ada yang
menggandeng tanganku. Aku pun membuka mata.
“ Dek,
berjalanlah mengelilingi sekolah ini sesuai panah yang peta yang ada pada
kertas ini.” kata ketua panitia sambil memberikan selembar kertas kepadaku.
Kemudian berjalan mengeliling sekolah ini,
hanya rasa takut yang kurasakan saat ini, tetapi aku berusaha untuk melawan
rasa takut ini. Seketika aku terdiam menghentikan langkahku, kulihat wanita
berambut panjang menggunakan jubah putih berdiri di bawah pohon beringin, aku
langsung menjerit dan menangis. Badanku terasa kaku dan tidak bisa digerakkan,
terus kucoba untuk berlari tetapi tidak bisa. Akhirnya aku diam sejenak dan
mebaca basmallah, kemudian langsung berlari dengan kencang tanpa melihat jalan
karena mataku kupejamkan,karena aku tidak berani membuka mata. “Duuk..” suara
benturanku dengan sesorang yang ada di depanku.
“ Ups…
maaf aku gak lihat kalo di depan ada orang.” Kata maafku kepada anak cowok
tersebut sambil menutupi muka dengan tangan.
“
Aduuuuh… gimana bisa lihat kalo kamu larinya merem.” Jawab cowok tersebut.
“ Sekali
lagi aku minta maaf ya, soalnya aku takut, tadi ketemu setan” ucapan maafku
kembali.
“ Iya
tidak apa-apa. Oh ya , namamu siapa ? Kenalin namaku Dika.” Tanya cowok itu.
“ Makasih
ya, namaku Nayla. Kamu kelas X berapa ?” tanyaku.
“ Aku
kelas X-7 , kamu X-3 kan ? “ sahut Dika.
“ Iya “
jawabku dengan tersenyum.
Aku dan
Dika melanjutkan perjalanan mengelilingi sekolah. Sekarang aku tidak takut lagi
karena ada Dika. Setelah kembali ke aula , aku pun kembali ke barisanku. Uji
nyali ini membuatku sangat takut dan juga senang. Adzan subuh mulai
berkumandang , aku segera melakukan aktivitas lainnya. Di Minggu pagi ini
diawali dengan jogging bersama. Saat dijalan Dika menghampiri aku , kita
mengobrol dan saling bertanya-tanya satu sama lain. Dika itu orangnya baik
hati, ramah, asik, humoris, konyol. Entah kenapa saat dia didekatku aku merasa
sangat nyaman, dalam batinku berkata, “ Apakah ini yang dinamakan cinta pada
pandangan pertama ?” Baru beberapa jam mengenal Dika, rasanya aku sudah
mengenal dia sejak dulu. Pada malam harinya,cuaca sangat mendukung, bulan dan
bintang menampakkan diri. Pada malam pentas seni dan malam penutupan acara ini,
Aku , Maya , dan teman yang lainnya duduk berkelompok sambil melihat penampilan
pentas seni. Lagi-lagi Dika datang menghampiriku, aku bingung kenapa anak ini
selalu mendekatiku. Apakah dia juga merasakan apa yang aku rasakan. Dia duduk
di sampingku. Dengan tingkahnya yang konyol , semakin aku merasa nyaman berada
di dekatnya.
“ Nay,
coba deh lihat bintang di langit itu !” kata Dika sambil memandang langit.
“ Ada apa
dengan bintang itu Dik ?” tanyaku kepadanya dengan wajah penasaran.
“
Seandainya kamu bisa jadi bintang buatku, yang membuat hidupku menjadi indah.“
rayuannya dengan wajah yang serius.
“
Aaaaaaa…. Kamu ini sukanya bercanda aja.” Tanggapanku dengan santai.
Dika
hanya tersenyum mendengar tanggapanku. Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB,
acara pun telah selesai. Aku segera pulang dan beristirahat. Sesampainya
dirumah di dalam otakku terus terbayang-bayang wajah Dika. Aku berdiri di depan
jendela kamarku, kulihat bintang yang ada dilangit dan kuingat kalimat indah
dari Dika yang diucapkan tadi. Karena aku terlalu percaya diri , kupikir Dika
menyukai aku. Aku tidak mau memikirka itu terlalu dalam, lebih baik aku tidur
saja.
Setiap
hari aku bertemu Dika disekolah, Dika pun juga sering main ke kelasku. Sepertinya
benih-benih cinta antara aku dan Dikamulai tumbuh. Tapi aku dan Dika tidak ada
yang mengungkapkan perasaan ini. Maya sahabatku sangat mendukung jika aku
berpacaran dengan Dika.
“ Nay ,
aku setuju banget kalau kamu sama Dika pacaran.” Kata Maya kepadaku.
“ Tapi
May , sampai sekarang Dika gak ngungkapin perasaannya ke aku.” jawabku dengan
raut wajah sedih
“ Kasih
kode keras Nay, biar dia peka.” Saran Maya kepadaku.
Tiba-tiba
Dika menepuk punggungku.
“ Hay Nay…!
Nanti malam jalan bareng yuk !” ajakan Dika kepadaku.
“ Ha ?
Jalan bareng ? Ya udah deh nanti aku tunggu di rumah.” Jawabku dengan terkejut.
“ Oke, ku
jemput jam tujuh ya. “
Aku
sangat terkejut ketika mendengar ajakannya. Malamnya Dika menjemputku dan kita
jalan-jalan di Taman Kota Surabaya. Setelah mengelilingi taman kota, dia pun
membelikanku es krim. Kita duduk di kursi taman sambilmakan es krim bersama.
“ Nay… “ panggilnya
sambil memegang tanganku.
“ Iya…”
jawabku dengan tangan gemeteran.
“ Maukah
kamu menjadi bintang di hidupku seperti bintang-bintang yang ada di langit
sekarang ?” pintanya kepadaku.
“ Kamu
bercanda kan ?” jawabku.
“
Aku nggak bercanda Nay, aku serius. Apakah kamu mau ?” tanyanya dengan serius.
“
Iya, aku mau menjadi bintang di hidupmu dan aku minta kamu menjadi bintang juga
di hidupku.” Jawabku sambil menatap matanya.
Dika
langsung mencium tanganku, dari raut wajahnya tampak sangat bahagia. Malam ini
adalah malam yang tak akan pernah kulupakan, malam yang sangat indah.
Keesokan harinya aku menceritakan kejadian semalam
kepada sahabatku Maya. Maya juga senang mendengarkan berita ini. dia sangat
mendukung hubunganku dengan Dika. Setiap hari aku, Dika, Maya selalu main
bersama. Maya adalah sahabatku dan Dika, setiap kali aku ada masalah dengan
Dika, pasti aku mencurahkan isi hatiku ke Maya, Dika pun juga begitu.
Akhir-akhir ini aku dan Dika sering bertengkar, Dika sering curhat ke Maya, dia
selalu ke rumah Maya untuk mencrahkan isi hatinya. Aku pun mulai curiga, karena
aku melihat sendiri Dika sering datang ke rumah Maya. Maya juga sering
membela-bela Dika. Sejak saat itu aku tidak pernah lagi curhat ke Maya. Aku
curiga kalau Maya menyukai Dika. Suatu hari Maya mendatangiku.
“
Nay, aku mau bilang sesuatu ke kamu. Tapi kamu harus janji nggak akan marah
sama aku !” kata Maya.
“
Iya aku janji nggak akan marah.” Jawabku.
“
Sebenernya aku suka sama Dika, tapi hanya sekedar menyukai, aku tidak ada
maksud untuk menhanghancurkan hubunganmu dengan Dika, atau merebut Dika dari
kamu, aku hanya ngungkapin perasaanku aja, aku capek nutup-nutupin perasaanku
ini dari kamu, tapi jangan sampai Dika tahu soal ini. Cukup kita aja yang tahu.
Maaf Nay.” Ungkapan Maya.
Air
mataku menetes dan langsung lari meninggalkan Maya.
“Naylaaaaaa…….”
Teriak Maya.
Ternyata
dugaanku selama ini benar. Aku bingung harus bagaimana. Sahabatku sendiri
menyukai pacarku. Maya menemuiku dan meminta maaf. Maya memintaku untuk
bertahan dengan Dika, tapi aki kasihan dengan Maya, aku tahu perasaan Maya.
Akhirnya aku pun menuruti permintaan Maya dan melupakan apa yang telah Maya
ucapkan kepadaku.
Sudah enam bulan hubunganku bersama Dika. Hari ini
adalah hari ulang tahun ku ke-16tahun. Hari ini sangat special, Dika
memberikanku hadiah istimewa yaitu kotak musik berwarna perak yang berbentuk
bintang. Aku sangat senang dengan kado ini. Semester satu telah selesai dan
akan menginjak ke semester dua. Pada semester dua Dika akan pindah ke Jakarta.
Sebenarnya Dika tidak mau dipindahkan, tapi mau tidak mau dia harus pindah
karena ayahnya ditugaskan untuk bekerja disana. Berita ini sangat menyedihkan
buatku. Rasanya aku akan kehilangan Dika, aku tidak bisa jauh-jauh darinya.
Saat dia berangkat ke Jakarta, aku tak kuasa membendung air mataku ini, ku
luapkan air mataku di bandara Juanda ini. Selama Dika di Jakarta , aku dan Dika
masih saling menghubungi. Kalau aku merindukannya, selalu kubuka kotak music
bintang yang pemberian Dika. Itu adalah obat rinduku ke Dika.
Enam bulan telah berlalu, hari ini adalah satu
hari sebelum ulang tahunku ke-17 tahun. Dika berencana untuk main ke Surabaya.
Dia sudah memesan tiket pesawat menuju Surabaya. Setelah enam bulan tidak
bertemu, aku sangat merindukannya. Aku sudah tidak sabar menunggu kedatangan
Dika. Dika memberitahuku kalau dia sudah berangkat. Ku dengar kabar kalau
pesawat yang ditumpangi Dika mengalami kecelakaan saat melandas ke darat. Semua
penumpang yang ada di pesawat itu tidak selamat. Aku sangat kaget dan tidak
percaya mengetahui berita tersebut. Seketika aku panik, aku langsung menuju ke
bandara untuk memastikan berita tersebut. sesampainya disana badanku lemas dan
aku tidak berdaya lagi. Kulihat korban-korban tergeletak, aku langsung mencari
Dika, aku yakin kalau Dika masih hidup. Tapi ternyata, aku melihat jasad Dika
tergeletakkan bersama tas ransel disampingnya. Aku masih tidak mempercayai ini.
Di hari ulang tahunku yang ke-17 ini aku sangat terpukul atas kejadian ini. Tak
kusangka di hari ulang tahunku ke-16 adalah petemuan terakhirku dengan Dika. Di dalam ransel milik Dika terdapat bingkisan
kado, setelah kubuka, ternyata kado itu untukku. Di kartu ucapan dari Dika
terdapat sebuah kalimat yang sangat menyentuh hatiku, ini kutipan dari kartu
ucapan tersebut “ Meskipun aku berada sangat jauh darimu, tapi aku ingin aku
tetap menjadi bintang di hidupmu.” Ini
adalah kado terakhir dari Dika dan Dika adalah bintang terakhir yang ada di
hidupku.